Beehubungan intim Ketika Haid,Bagaimana Hukum nya
Beehubungan intim Ketika Haid,Bagaimana Hukum nya
Sail: Natsha
Assalamu'alaikum ummi
Boleh Bertanya
Deskripsi
Datang bulan, menstruasi, atau haid merupakan fitrah bagi setiap perempuan. Untuk Muslimah, haid adalah siklus bulanan yang memberikan bermacam konsekuensi. salah satunya adalah perihal haramnya berhubungan suami istri (jimak) saat haid. Keharamannya tercatat dalam Al-Qur’an atau Kitab Kitab Fiqih
Sebut nama si Muna,,saat itu muna lagi datang bulan,,ketika malam muna dan suami mau tidur,terus suami meminta ke istiri(muna untuk berhubungan ,Tetapi muna bingung karena saat itu muna lagi tidak suci atau lagi haid,,tetapi suami udah tidak tahan menahan syahwat nya
Pertanyaan
1.Apakah boleh muna menolak ajakan suami sedangkan muna dalam keaadan haid ?
2.Apa hukumnya berhubungan intim saat haid tapi tidak tahu atau terlanjur ?
Jawaban
1. Wajib menolak karena berjimak saat haid sesuatu yang diharamkan oleh syariat.
2. Haram jika ketidaktahuannya berada di lingkungan ramai majelis ilmu namun jika berada di lingkungan terpencil jauh dari majelis ilmu maka tidak berdosa.
Referensi
Al-Khatib As-Syirbini menjelaskan dalam Kitab Mughnil Muhtaj:
وَوَطْءُ الْحَائِضِ فِي الْفَرْجِ كَبِيرَةٌ مِنْ الْعَامِدِ الْعَالِمِ بِالتَّحْرِيمِ الْمُخْتَارِ، يُكَفِّرُ مُسْتَحِلُّهُ كَمَا فِي الْمَجْمُوعِ عَنْ الْأَصْحَابِ وَغَيْرِهِمْ، بِخِلَافِ الْجَاهِلِ وَالنَّاسِي وَالْمُكْرَهِ لِخَبَرِ «إنَّ اللَّهَ تَعَالَى تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اُسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» وَهُوَ حَسَنٌ رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُ
Menggauli istri yang sedang haid di kemaluannya adalah dosa besar bagi suami yang sengaja, mengetahui keharamannya, dan tidak terpaksa. Orang yang menghalalkan perbuatan ini dianggap kafir seperti disebutkan di dalam Kitab Al-Majmu’ dari Ashabus Syafi’i dan selainnya. Berbeda dengan orang yang tidak tahu keharamannya, orang lupa, dan terpaksa (maka dimaafkan), karena hadits Nabi: “Sungguh Allah memaafkan dari umatku yang tersalah, lupa, dan yang terpaksa. Ini hadits hasan yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan selainnya).” (Al-Khatib As-Syirbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut: Darul Ma’rifah], jilid I, halaman 173).
Dalam Kitab Al-Ibanah wal Ifadah
ثُمَّ بَيَّنَ جَلَّ جَلاَلُهُ فِي الْأيَةِ الْكَرِيْمَةِ أَنَّهُ لَا يَجُوْزُ أَنْ يَأْتِيَ الزًّوْجُ زَوْجَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ. فَإِذَ انْقَطَعَ دَمُّ الْحَيْضِ وَاغْتَسَلَتْ جَازَ لَهُ أَنْ يَقْرَبَهَا مِنَ الْمَكَانِ الَّذِيْ أَمَرَهُ اللهُ تَعَالَى أَنْ يَأْتِيَهَا مِنْهُ
Kemudian Allah menjelaskan dalam ayat yang mulia ini bahwa suami tidak boleh menggauli istrinya dalam keadaan haid. Jika darah haidnya sudah terputus (suci) dan ia telah mandi maka boleh bagi suami untuk menggauli istrinya dengan cara yang Allah perintahkan.” (Abdurrahman bin Abdullah As-Saqqaf, Al-Ibanah wal Ifadah, [Surabaya, Al-Haramain: 2019], halaman 15).
Menurut ayat ini ada dua syarat bolehnya berhubungan suami istri setelah haid, yaitu haidnya sudah putus (suci) dan sudah mandi wajib.
Orang yang melakukan hubungan suami istri ketika haid setidaknya memiliki dua kemungkinan:
1. Karena kesengajaan, tidak terpaksa, mengetahui tentang keharamannya.
2. Karena tidak sengaja, dipaksa, mengetahui keharamannya.
Orang yang melakukannya dengan sengaja mendapatkan dosa besar dan wajib baginya untuk bertobat. Jika ia tidak sengaja maka tidak ada dosa baginya.
النووي، المجموع شرح المهذب، ٣٥٩/٢]
أجمع المسلمون علي تحريم وطئ الحائض للآية الكريمة والأحاديث الصحيحة قال المحاملي في المجموع قال الشافعي رحمه الله من فعل ذلك فقد أتى كبيرة *قال أصحابنا وغيرهم من استحل وطئ الحائض حكم بكفره قالوا ومن فعله جاهلا وجود الحيض أو تحريمه أو ناسيا أو مكرها فلا إثم عليه ولا كفارة* لحديث ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال (إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه)
Kaum Muslim sepakat (ijma') atas keharaman menjima istri yang sedang haid berdasarkan ayat Al-Qur"an dan hadits-hadits shohih. Imam Al-Mahamili dalam kitan Al-Majmu' berkata, bahwasanya Imam Syafi'i berkata :" Barang siapa yang melakukan nya berarti dia telah melakukan dosa besar"
Para Ashabus Syafi'i maupun selain nya berpendapat bahwa barang siapa yang menghalalkan menjima' istri yang haid maka dia dihukumi kafir.
Mereka juga berpendapat bahwa barang siapa yang melakukan nya karena tidak tahu jika istri nya haid, atau tidak tahu haramnya menjima' istri yang haid, atau lupa, atau dipaksa maka dia tidak berdosa dan tidak terkena kafaroh berdasarkan hadits dari sanad Ibnu Abbas bahwasanya Nabi bersabda : " Sesungguhnya Allah membiarkan(mengampuni) kesalahan dari umatku akibat kekeliruan, lupa serta hal yang dipaksakan kepada nya "
Kitab taqrirotus sadidah hal 175 - 176
الذي يحرم بالحيض فقط : أربعة :
1 - الصوم : فإذا انقطع الدم حل لها الصوم ولو قبل الغسل .
- المرور في المسجد إن خافت تلويته فيجوز إن لم تخف تلوينه المرور فقط دون اللبث.
- الطلاق : ويُسمى الطلاق البدعي، وهو: أن يُطلق الرجل امرأته المدخول بها وهي حائض أو في طُهْرٍ جامعها فيه (1)، فالطلاق يحرم (۲) ولكنه ينفذ، ويجوز أن يكون بعد انقطاع دم الحيض وقبل الغسل. - الاستمتاع والمُباشرة بما بين الشَّرَّةِ والرُّكبة (۳) : واختلفتْ عَبَائِرُ الفقهاء في ذلك :(1) فمنهم من عبر بالمُباشرة فقط (٤) ، فعليه لا يحرُمُ النظر بشهوة ويحرم اللمس ولو بغير شهوة.(1) لأن مدة التربص (العدة) تطول عليها.(۲) إلا في سبع مسائل فلا يحرم الطلاق، وهي : 1 - إذا قال لزوجته : (أنت طالق في آخر جزء من حيضك لاستعقابه الشروع في العدة.
- إذا كانت غير مدخول بها ؛ لأنها لا عدة عليها .
- إذا كانت حاملاً ؛ لأنها تشرع في العدة عقب الطلاق مباشرة.
- إذا كان الطلاق بعوض وذلك ما يسمى بالخلع .
ه - طلاق المولي إذا أبى من الفيئة .
1 - إذا كان الطلاق من الحكم في شقاق بين الزوج والزوجة .
- إذا قال السيد لأمته وهي حائض : ( إن طلقك زوجك اليوم فأنت حرة) .
ويجوز عند الرملي للزوجة المباشرة بما بين سرة الزوج وركبته وإن كانت هي المستمتعة، ولا يجوز عند ابن حجر إذا كانت هي المستمتعة كما في التحفة .
ومنهم شيخ الإسلام زكريا وابن حجر في التحفة».
(٢) ومنهم من عبر بالاستمتاع (۱)، فعليه يحرم النظر بشهوة ولا يحرم
اللمس بغير شهوة.
فالحاصل :
1 - أن الذي يحرم بالاتفاق : الوطء والمباشرة بشهوة .
٢ - والذي يجوز بالاتفاق : النظر بغير شهوة .
- والذي فيه خلاف : المباشرة بلا شهوة والنظر بشهوة .
واختار الإمام النووي مذهب الإمام أحمد في: أن الذي يحرم الوَطْهُ
فقط (۲).
واستحسن الإمام النووي قولاً آخر في المجموع» وهو: أن المباشرة بشهوة فيما دون الفرج تجوز ممن غالب حاله التقوى، ولا تجوز من غيره :
كما قال صاحب صفوة الزبده : بالحدث الصَّلاةَ مع تطرف ومنه، ومع ذي الأربعة قصداً، ولبث مسجد للمسلم الست مع تمنع برؤية إلى اغتال أو بديل يمتنع
حرم، وللبالغ: حَمْلَ المُصْحَفِ للجنب اقتراء بعض آية وبالمَحِيض والنفاسِ حَرمِ والمن بين سُرَّةٍ ورُكْبَة الصّومُ والطَّلاقُ حَتَّى يَنقَطِع
(1) ومنهم النووي في الروضة وابن رسلان في زبده و ابن حجر في غير التحفة» والرملي والخطيب.
(۲) وهو قول الإمام الأوزاعي، ومجاهد، وإسحاق بن راهويه، وأبي ثور، ومحمد بن الحسن، والشعبي، وأبي إسحاق المروزي، والنخعي، وابن المنذر، وداود وأصبغ المالكي والماوردي، والروياني. وقال الإمام النووي : وهو الأقوى من حيث الدليل
Kesimpulan Dari ibarot yg palimg bawah
1. Wajib menolak kalau di ajak nya jima, karena hukum nya haram jima saat haid
Kalau sekedar bercumbu tanpa jima , dan menghindari area pusar dan lutut, dan area pusar dan lutut nya pakai penghalang kain , itu boleh
2. Ini tak tahu nya kalau karena udzur misal tak ada ustadz di lingkungan nya, tak ada tv pula , tinggal di pegunungan terpencil , atau baru masuk Islam , sehingga tak tahu, maka ia tak dosa karena ketidak Tahuan nya karena udzur adapun , yg di sekitar nya banyak ustadz , banyak acara pengajian, maka ketidak Tahuan nya ini tidak termasuk udzur, jadi ttep dosa
Wa llahu'alam Bhis Shpwab
Wa'allahu'alam Bhis Showab
Mujawwib:
✅Ustadzah Ai Maslaili siti Aisyah
✅ Yai Suhaemi Qusyairi
Mu shohheh:
✅ Yai Abdullah Sahal Zuhdi
Peterjemaah;
✅ Kang Ustad Ahmad Robit Subhan
✅ Ummi Dinda (UNA
Perumus Redaksi Dan Deskripsi
✅ Ustad Syaipudin
✅ Ummi Dinda (UNA
Editor
Ummi Dinda (una
Komentar
Posting Komentar