Hukum Sholatnya Orang Yang Punya penyakit ambiem

 

Hukum  Sholatnya  Orang  Yang  Punya  penyakit ambiem



Sail: Ustadz raisa

Assalamu alaikum 

Deskripsi Masalah


Denis adalah seorang laki-laki yang sedang mengalami penyakit ambien. Dan yang menjadi permasalahan bagi Denis adalah ketika mau shalat karena darah keluar terus dan kadang saat melakukan shalat keluarnya darah tersebut. 

Pertanyaan  :

Bagaimanakah jalan keluarnya dan apakah sah shalatnya keluarnya darah tersebut pada saat melakukan shalat ?

Jawaban:


 Jika keluar nya memang dari dalam kemaluan laki laki maka itu hadas kecil dan membatalkan wudhu jika keluar terus menerus maka hukum nya daimul hadas dan walaupun begitu tetap  wajib sholat . Namun dengan ketentuan untuk daimul hadas seperti halnya perempuan yang istihadloh terus menerus yakni dengan istinja dulu, di sumbat dulu supaya darah tak keluar, wudhu dengan niat listibahatis sholat, lalu sholat, dan semua nya harus muwalah . 

Jika keluar saat sholat  hukum nya sah karena di ma'fu.Adapun darah nya dari kulit kemaluan , itu bukan hadas kecil bukan pula hadas besar, namun najis atau darah itu termasuk najis yang di ma'fu di dalam sholat  Begitu pula yang keluar dari dubur tapi bukan yang biasa , seperti darah ini juga membatalkan wudhu dan darah yang sedikit itu termasuk najis yang di ma'fu dalam shalat. 

Referensi :


 كاشفة السجا ص١١٠

فَصْلٌ فِي بَيَانِ الْأَحْدَاثِ

نَوَاقِضُ الْوُضُوْءِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءِ ، أَيْ : أَحَدُ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ. الأَوَّلُ : الْخَارِجُ مِنْ أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ مِنْ قُبْلِ أَوْ دُبُرٍ ، هَذَا بَيَانٌ لِلسَّبِيلَيْنِ ، أَوْ مِنْ أَيِّ ثُقْبٍ كَانَ إِذَا كَانَ أَحَدُهُمَا مُنْسَدًا أَنْسِدَادًا خَلْقِيًّا ، وَكَانَ الْخَارِجُ مِنَ الثَّقْبَةِ مُنَاسِبًا لِلْمُنْسَدِّ ، كَأَنِ انْسَدَّ الْقُبُلُ فَخَرَجَ مِنْهَا بَوْلٌ ، أَوِ الدُّبُرُ فَخَرَجَ مِنْهَا غَائِطٌ ؛ وَكَذَا إِذَا كَانَ غَيْرَ مُنَاسِبٍ لِوَاحِدٍ مِنْهُمَا كَالدَّمِ ، وَأَمَّا إِنْ كَانَ مُنَاسِبًا لِلْمُنْفَتِحِ فَقَطْ فَلَا نَقْضَ ، وَأَمَّا إِنْ كَانَ أَحَدُهَمَا مَنْسَدًا أَنْسِدَادًا عَارِضًا ، فَلَا بُدَّ أَنْ تَكُوْنَ الثَّقْبَةُ قَرِيبَةٌ مِنَ الْمَعِدَةِ ، فَإِنْ كَانَتْ فِي رِجْلِهِ أَوْ نَحْوِهَا لَمْ يَنْقُضِ الْخَارِجُ مِنْهَا رِيحٌ ، هَذَا بَدَلٌ مِنْ قَوْلِهِ :الْخَارِجُ » ، أَيْ : سَوَاءٌ خَرَجَ ذَلِكَ الرِّيْحُ مِنَ الْقُبْلِ أَوْ مِنَ الدُّبُرِ .

 كاشفة السجا ص ١٩٥

وَاعْلَمْ أَنَّ النَّجَاسَةَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَام : قِسْمٌ لَا يُعْفَى عَنْهُ فِي الثَّوْبِ وَالْمَاءِ ، وَهُوَ مَعْرُوْفٌ وَقِسْمٌ يُعْفَى عَنْهُ فِيْهِمَا ، وَهُوَ مَا لَا يُدْرِكُهُ الطَّرْفُ الْمُعْتَدِلُ وَقِسْمٌ يُعْفَى عَنْهُ فِي الثَّوْبِ دُوْنَ الْمَاءِ ، وَهُوَ قَلِيْلُ الدَّمِ ، لِسُهُولَةِ


 Ketahuilah sesungguhnya najis dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu;

1) Najis yang tidak dima 'fu pada pakaian dan air. Najis ini sudah maklum (seperti tahi, air kencing, telek, dan lain-lain).

2) Najis yang dima fu pada pakaian dan air. Najis ini adalah najis yang tidak terlihat oleh mata biasa.

3) Najis yang hanya dima fu pada pakaian, bukan air, yaitu najis berupa darah sedikit. Alasan mengapa darah sedikit tidak dima fu pada air adalah karena mudahnya menjauhkan air darinya. Sedangkan alasan darah sedikit dima fu pada pakaian adalah karena umumnya darah mengenai pakaian, dan apabila baju sering dibasuh karenanya maka baju akan mudah usang.

Termasuk dari najis ini adalah bekas istinjak. Dengan demikian, ia dima fu pada badan dan juga pakaian, bahkan apabila dari tempat bekas istinjak mengalirkan keringat, kemudian mengalir melewati tempat yang sejajar dengan farji, kemudian mengenai pakaian maka tetap dima fu pada pakaian dan badan, bukan pada air.

4) Najis yang dima fu pada air, bukan pakaian. Najis ini adalah bangkai binatang yang tidak mengalirkan darah, seperti kutu. Karena tidak dima fu pada pakaian, maka apabila musholli melakukan sholat dengan membawa bangkai binatang tersebut maka sholatnya batal

Termasuk dari najis yang dima'fu pada air bukan pada pakaian adalah lubang saluran kotoran burung karena ketika pada lubang tersebut terdapat najis, kemudian burung terjatuh ke dalam air sedikit maka air tidak najis. Berbeda dengan lubang saluran kotoran manusia yang terdapat najisnya maka apabila terjatuh pada air sedikit maka air menjadi najis


 كاشفة السجا ص ١٩٦

خَاتِمَةٌ : قَالَ الشَّهَابُ الرَّمْلِيُّ فِي شَرْحِ مَنْظُومَةِ ابْنِ الْعِمَادِ : وَتُعْرَفُ الْقِلَّةُ وَالْكَثْرَةُ بِالْعَادَةِ، فَمَا يَقَعُ التَّلَطَّخُ بِهِ غَالِبًا وَيَعْسُرُ الاحْتِرَازُ عَنْهُ فَقَلِيلٌ ، وَمَا زَادَ فَكَثِيرٌ ؛ لِأَنَّ أَصْلَ الْعَفْوِ إِنَّمَا أَثْبَتْنَاهُ لِتَعَذَّرِ الاحْتِرَازِ ، فَيُنْظَرُ أَيْضًا فِي الْفَرْقِ بَيْنَ الْقَلِيْلِ وَالْكَثِيْرِ إِلَيْهِ ، وَقِيلَ : الْكَثِيرُ مَا بَلَغَ حَدًّا يَظْهَرُ لِلنَّاظِرِ مِنْ غَيْرِ تَأَمُّلٍ وَإِمْعَانٍ ، وَقِيلَ : إِنَّهُ مَا زَادَ عَلَى الدِّيْنَارِ ، وَقِيلَ : إِنَّهُ الْكَفُ فَصَاعِدًا ، وَقِيلَ : مَا زَادَ عَلَى الْكَفْ ، وَقِيلَ : إِنَّهُ الدَّرْهَمُ الْبَغْلِيُّ فَصَاعِدًا ، وَقِيلَ مَا زَادَ عَلَيْهِ ، وَقِيلَ : مَا زَادَ عَلَى الظُّفْرِ . انْتَهَى


Ada yang mengatakan bahwa najis banyak adalah najis yang melebihi ukuran kuku.

Demikian di atas adalah keterangan dari Syihab ar-Romli

Ini di qiyaskan ke mustahadoh jika akan sholat 

Tambahan Ibarot:


- ما يَلْزَمُ المُسْتَحاضةَ فِعْلُهُ إِذا أَرَادَتِ الصَّلاةَ (٢)

أولا : أن تَغْسِلَ المُسْتَحاضةُ فَرْجَها قبل الوُضُوءِ.

ثانيا : أن تَحْشُوَ فَرْجَها وُجُوبًا بنحو قُطْنٍ، وذلك دَفْعًا

لِلنَّجَسِ أو تخفيفًا له، وإنّما يَجِبُ ذلك بالشروط الآتية :

1 - أن لا تَتَأَذَى به تَأَذَّيًا لا يُحْتَمَلُ عادَةً.

2- أن لا تكون صائمة، فإن كَانَتْ صَائِمَةً تَرَكَتِ الْحَشْوَ

3- أن تحتاج إليه، فإن لم تحتج إليه لم يجب.

ثالثا : أن تَعْصِبَ بعد ذلك الفَرْجَ، ويَحِبُّ العَصْبُ

بشَرْ طَيْنِ :

1- أن تحتاج إليه : بأن لم يَنْقَطِعِ الدَّمُ بِالْحَشْرِ، فَإِنِ انْقَطَعَ الدَّمُ بِالحَشْو لم يَجِبْ.

 ٢- أن لا تَتَأَذَى به تَأَذَّيًا لا يُحْتَمَلُ عادةً، فإن كان كذلك لم يجب.

وهل يَكْفِي الاقْتِصارُ على العَصْبِ؟ الجواب : نَعَمْ يَكْفِي الاقْتِصارُ على العَصْبِ إِن مَنَعَ الدَّمَ، واعْتَمَدَه الرَّمْلِيُّ ).

رابعا : أن تَتَوَضَّأَ بعدَ دُخُولِ وَقْتِ الصَّلاةِ، ولا يجوز أن

تَتَوَضَّأَ قبلَ دُخُولِ وَقْتِ الصَّلاةِ؛ لأنها طَهَارَةُ ضَرُورة.

خامسا : الموالاة بين الكُلِّ، فَتَجِبُ المُبادَرةُ بِالحَشْوِ بعد غَسْلِ الفَرْجِ، فالمبادرة بعد ذلك بالعصب، فالوضوء، فالصلاة.


Wa llahu'alam Bhis showab


Mujawwib  Dan Pemateri:

✅ Ustadz Abdullah Sahal Zuhdi
✅ Ustadzah Ai Maslaili Siti Aisyah
✅ cUstadz  Masruri  Ainul khayat

Perumus Dan Kordinator Soal

✅  Ustadz Syaipudin
✅  Ummi Nisa Alfii(Ummi Dinda

Editor :

✅ Ummi Nisa.Alfii( ummi Dinda

Moderator Dan Keamanan

✅ Ustadzaah Nurul Janah




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagai Macam Sifat Darah Dan Penentuan Syarat Juga Acuan Hukum Dalam Fiqih

Hukum Puasanya Orang fiqun